Apa itu LILO (Linux Loader)?
LILO (Linux Loader) adalah boot loader untuk Linux dan sistem operasi mirip Unix lainnya. LILO merupakan salah satu boot loader pertama yang digunakan untuk Linux, terutama pada tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an, sebelum akhirnya digantikan oleh alternatif yang lebih modern seperti GRUB (GRand Unified Bootloader). Fungsi utama LILO adalah memuat kernel Linux ke dalam memori dan memulai sistem operasi ketika komputer melakukan booting.
Fitur-fitur utama LILO
- Manajemen Boot: LILO memungkinkan pengguna untuk mengelola beberapa sistem operasi pada satu komputer. LILO dapat memuat Linux serta sistem operasi lain seperti Windows, sehingga memungkinkan untuk membuat pengaturan dual-boot.
- Opsi Booting yang Dapat Dikonfigurasi: File konfigurasi LILO memungkinkan pengguna untuk menentukan berbagai opsi boot, seperti OS default, parameter kernel, dan nilai batas waktu sebelum melakukan booting ke OS default.
- MBR atau Boot Partisi: LILO dapat diinstall pada Master Boot Record (MBR ) atau pada sektor boot partisi tertentu, tergantung pada preferensi pengguna.
Bagaimana LILO Bekerja
Ketika komputer dihidupkan, BIOS melakukan POST (Power-On Self-Test) dan mencari perangkat yang dapat di-booting seperti hard disk. Jika LILO terinstal pada MBR atau sektor boot partisi, BIOS akan memuat LILO sebagai boot loader. LILO kemudian melakukan hal berikut:
- Memuat Menu Booting: LILO menampilkan menu booting pada pengguna, yang menunjukkan sistem operasi atau kernel yang tersedia untuk di-boot.
- Memuat Kernel: Berdasarkan pilihan pengguna atau pilihan default, LILO memuat kernel Linux atau sistem operasi yang dipilih ke dalam memori.
- Memulai Sistem Operasi: Setelah memuat kernel, LILO memberikan kontrol pada kernel, yang akan menginisialisasi sistem dan menyelesaikan proses booting.
Konfigurasi LILO
LILO dikonfigurasi dengan menggunakan berkas teks biasa yang biasanya terletak di /etc/lilo.conf. Berikut ini adalah contoh tampilan berkas lilo.conf:
boot=/dev/sda
map=/boot/map
install=/boot/boot.b
prompt
timeout=50
default=linux
image=/boot/vmlinuz
label=linux
read-only
root=/dev/sda1
other=/dev/sdb1
label=windows
- boot=/dev/sda: Menentukan di mana LILO harus diinstal. Pada contoh ini, LILO diinstal pada MBR dari harddisk pertama.
- timeout=50: Menentukan waktu (dalam sepersepuluh detik) dimana LILO menunggu sebelum membooting opsi default.
- default=linux: Menetapkan OS default untuk booting jika tidak ada masukan dari pengguna yang terdeteksi.
- image=/boot/vmlinuz: Menentukan lokasi image kernel Linux.
- label=linux: Menetapkan label pada entri ini pada menu boot LILO.
- other=/dev/sdb1: Menunjuk ke sistem operasi lain (misal: Windows) yang terinstal pada partisi lain.
Setelah melakukan perubahan pada lilo.conf, Anda harus menjalankan perintah lilo untuk menerapkan perubahan:
sudo /sbin/lilo
Perintah ini akan memperbarui LILO dengan konfigurasi baru.
Pro dan Kontra Penggunaan LILO
Kelebihan:
- Kesederhanaan: LILO relatif mudah dikonfigurasikan dan tidak memiliki jejak yang besar.
- Tidak Membutuhkan Dukungan Sistem Berkas: LILO secara langsung membaca kernel dari lokasi yang diketahui pada disk, sehingga tidak membutuhkan dukungan sistem berkas selama booting.
- Kompatibilitas: LILO dapat membooting berbagai jenis sistem operasi, sehingga berguna untuk setup dual-boot yang lama.
Kekurangan:
- Pembaruan Manual: Setiap kali Anda memperbarui kernel atau membuat perubahan pada file konfigurasi, Anda harus menjalankan lilo secara manual untuk memperbarui boot loader. Kegagalan untuk melakukannya dapat mengakibatkan kesalahan boot.
- Fitur Terbatas: Dibandingkan dengan boot loader modern seperti GRUB, LILO tidak memiliki beberapa fitur canggih, seperti kemampuan untuk mengedit parameter booting pada saat booting.
- Tidak ada Mode Pemulihan Bawaan: Jika konfigurasi LILO rusak, pemulihan dari masalah booting dapat menjadi lebih sulit dibandingkan dengan GRUB, yang memiliki opsi pemulihan bawaan.
LILO vs GRUB
- Fleksibilitas: GRUB lebih fleksibel daripada LILO dan mendukung lebih banyak fitur, seperti mengedit parameter boot secara langsung dari menu boot, deteksi otomatis kernel baru, dan dukungan yang lebih baik untuk berbagai sistem berkas.
- Kemudahan Penggunaan: GRUB secara umum dianggap lebih mudah digunakan karena dapat secara otomatis mendeteksi sistem operasi dan kernel baru tanpa perlu mengkonfigurasi ulang dan mengupdate secara manual.
- Konfigurasi: GRUB menggunakan file konfigurasi yang lebih mudah digunakan (grub.cfg) yang tidak perlu menjalankan perintah tambahan untuk menerapkan perubahan, sementara LILO memerlukan pembaruan menggunakan perintah lilo.
Karena keunggulan ini, GRUB telah menjadi boot loader standar untuk sebagian besar distribusi Linux modern, sementara LILO jarang digunakan saat ini.
Kesimpulan
LILO (Linux Loader) memainkan peran penting pada masa-masa awal Linux sebagai boot loader yang andal. Meskipun sebagian besar telah digantikan oleh alternatif yang lebih kaya fitur seperti GRUB, LILO masih berguna dalam skenario tertentu, seperti sistem lama atau ketika boot loader sederhana lebih disukai. Memahami cara kerja LILO dan cara mengonfigurasinya dapat bermanfaat bagi mereka yang memelihara sistem Linux lama atau yang ingin menjelajahi sejarah boot loader Linux.